Tugas Kesehatan Mental
(2)
Nama Kelompok:
1. Afina Triadhani
(10514401)
2. Atikah Dwi Fauziah
(11514790)
3. Elita Chika Larasati
(13514505)
4. Fitriasari
(14514350)
5. Meisha Jihad
Yudhiana (16514556)
6. Nia Kezia Naftalin
(17514912)
7. Raniyah Melati
(18514925)
8. Riany Trihatmanti M
(19514236)
9. Sheila Henggriani
(1A514207)
10. Siti Nurhikmah F.
(1C514956)
Kelas: 2PA14
1.
PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN
a.
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri
merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan, karena memiliki banyak
arti dan tidak memiliki patokan jelas untuk menilai nya. Menurut Kartono,
penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri
dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi
negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa
dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.
Penyesuaian diri tidak
bisa disebut baik atau buruk, maka dapat didefinisikan dengan sangat sederhana,
yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang
menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan,
tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik batin serta menyelaraskan
tuntutan batin dengan tuntutan dunia.
Hal penting dalam
memelajari konsep penyesuaian diri bukan dari macamnya tingkah laku yang
menentukan apakah orang dapat menangani proses penyesuaian diri, tetapi cara
bagaimana tingkah laku itu digunakan. Konsep penyesuaian diri dapat digunakan
sejauh respon-respon terhadap stress berfungsi untuk meringankan
tuntutan-tuntutan yang ada pada individu. Apabila respon-respon tersebut tidak
efisien, merugikan kesejahteraan pribadi, atau patologik, maka respon itu
disebut sebagai respon yang tidak mampu menyesuaikan diri.
Manusia merupakan
mahluk inMenurut Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditiinjau
dari tiga sudut pandang, yaitu:
1. Penyesuaian sebagai
adaptasi : Menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai
usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan penyesuaian dalam arti
psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian individu dengan lingkungan
yang terabaikan.
2. Penyesuaian diri
sebagai bentuk konformitas : Penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu
norma. Pengertian ini menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat
tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan
perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional. Menurut sudut pandang
ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan diri individu
akan terancam tertolak jika perilaku individu tidak sesuai dengan norma yang
berlaku.
3. Penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan : Penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan untuk
merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara
tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi,
dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam
mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan
terarah.
Berdasarkan tiga sudut
pandang tentang penyesuaian diri yang disebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup suatu
respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik
serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri
individu dengan tuntutan dari dunia luar atau lingkungan tempat individu berada
(Ali & Asrori, 2004).
b.
Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan
makhluk individu. manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya
spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara
umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak
hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai
ke khasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya dalam lingkup sosial
tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan
tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang.
-Penekanan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang
normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi
fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses
aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan
dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip
orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi
meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip
totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun
bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.
-Variasi Dalam
Pertumbuhan
Tidak selamanya individu
berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya.
-Kondisi-Kondisi Untuk
bertumbuh
Kondisi jasmaniah
seperti pembawa dan struktur atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan
erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat
korelasi ang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen
(Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstromorf yaitu yang ototnya
lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam
aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan sistem syaraf, kelenjar, dan
otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian
menunjukan bahwa gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot dapat
menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian. Dengan
demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya
proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah
juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik
hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang
baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh
seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
-Faktor yang
mempengaruhi Pertumbuhan diri yaitu:
1) Faktor
Biologis
Semua manusia normal
dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang baik seperti tangan, kaki, kepala,
dan lain lain. Hal ini dapat menjelaskan bahwa beberapa kesamaan dalam
kepribadian dan perilaku. Namun ada juga warisan biologis yang bersifat khusus
yang dilihat dari masa konsepsi, bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang
kehidupannya, menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras,
warna rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan
psikologis seperti tempramen, potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir
yang optimal.
2) Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik
yang baik akan membawa kebaikan pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan
antar individu bisa berjalan dengan baik dan menimbulkan kepribadian setiap
individu yang baik juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak
adanya hubungan baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu
keadaan yang tidak baik pula.
3) Faktor Kebudayaan
Khusus perbedaan
kebudayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun, tidak berarti
semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama
juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor
di atas pengaruh dari lingkungan seperti keluarga, maupun
masyarakat akan
memberikan dampak pertumbuhan bagi individu. Seiring berjlanannya waktu maka
terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar.
-Fenomenologi
Pertumbuhan
Fenomenologi memandang
manusia hidup dalam “dunia kehidupan“ yang di persepsikan dan diinterpretasi
secara subyektf. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “alam”
pengalaman setia yang berbeda dari alam pengalam orang lain (Brower. 1983 :
14). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Carl Rogers, yng boleh
disebut sebagai bapak psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan
pandangan humanistik sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari
Coleman dan Hammen. 1974 :33).
2.
STRESS
a.
Arti pening stress
Pendapat Selye tersebut
merangkum pendapat lain yang mengatakan bahwa stress pada hakekatnya merupakan
stimulus dimana setiap peristiwa atau kejadian dalam kehidupan menimbulkan
respon yang lebih berpotensi menekan emosional yang berujung pada menurunnya
kesehatan tubuh.
b.
Tipe-tipe stress psikologis (dirangkum dari folkman, 1984;
Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1. Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena
adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun
tuntutan tingkah laku tertentuSecara umum tekanan mendorong individu untuk
meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah
laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa
kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses
pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku
maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau
kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self
esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa
tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa
kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam
pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2. Frustasi
Frustasi dapat terjadi
apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau
hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga
dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam,
seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3. Konflik
Konflik terjadi ketika
individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih
dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu
bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
a.Approach – approach
conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternatif yang
sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan keputusan diantara
dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya
kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini
biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b.Avoidence – avoidence
conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama
tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil diluar nikah,
di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum mampu secara
mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih
sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk
menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang tidak
menyenangkan.
c.Approach – avoidence
conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak
menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama,
misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian
stressor diatas dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan
dan sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.
c.
Symptom-reducing response terhadap stress
Kehidupan akan terus
berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak
akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap
individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
1. Mekanisme Pertahanan
Diri
-Indentifikasi adalah
suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
-Kompensasi
Seorang individu tidak
memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang
lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun
prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
-Overcompensation /
Reaction Formation
Perilaku seseorang yang
gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya
karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat
melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
-Sublimasi
Sublimasi adalah suatu
mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu
konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam
bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong
hewan.
-Proyeksi
Proyeksi adalah
mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek
diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu
Proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namu n ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
-Introyeksi
Introyeksi adalah
memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
-Reaksi Konversi
Secara singkat
mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya
belum belajar saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi
pucat berkeringat.
-Represi
Represi adalah konflik
pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke
dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan
yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi
siang.
-Supresi
Supresi yaitu menekan
konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau
memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata
"Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi."
-Denial
Denial adalah mekanisme
perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang
penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
-Regresi
Regresi adalah
mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik
diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena
malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
-Fantasi
Fantasi adalah apabila
seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
-Negativisme
Adalah perilaku
seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan
perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya
dengan bolos sekolah.
-Sikap Mengritik Orang
Lain
Bentuk pertahanan diri
untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk
perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
d.
Pendekatan problem solving terhadap stress
Salah satu cara dalam
menangani stress yaitu menggunakan metodebiofeddback, tekniknya adalah
mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk
menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback.
Melakukan sugesti untuk
diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita
sendri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil
ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada Tuhan).
Referensi:
https://nabilapd.wordpress.com/2015/04/09/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan/
Semium, Yustinus
(2006) Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Yogyakarta
http://ridhwanalmajid.blogspot.co.id/2015/04/stess-dalam-kesehatan-mental.html