Tugas
Kesehatan Mental (4)
Nama
Kelompok:
1.
Afina Triadhani (10514401)
2.
Atikah Dwi Fauziah (11514790)
3.
Elita Chika Larasati (13514505)
4.
Fitriasari (14514350)
5.
Meisha Jihad Yudhiana (16514556)
6.
Nia Kezia Naftalin (17514912)
7.
Raniyah Melati (18514925)
8.
Riany Trihatmanti M (19514236)
9.
Sheila Henggriani (1A514207)
10.
Siti Nurhikmah F. (1C514956)
Kelas:
2PA14
A. Pekerjaan dan waktu luang
1.Mengubah
sikap terhadap pekerjaaan:
Sikap adalah suatu pernyataan evaluatif terhadap
objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap
sesuatu. Sikap seseorang terhadap pekerjaan pasti berbeda – beda dengan orang
yang lain. Ada yang menyikapinya dengan kemalasan ada juga yang dengan
ketekunan. Sikap malas seseorang terhadap pekerjaan harus diubah agar orang
tersebut tidak dikeluarkan dari suatu pekerjaan. Mengubah sikap terhadap
pekerjaan tergantung dari orang tersebut ingin memakai cara yang seperti apa.
Bisa mulai dari cara membiasakan diri dengan sering melakukan pekerjaan tersebut
dengan tenang dan rileks, lalu membuat diri merasa nyaman saat melakukan suatu
pekerjaan, bahkan bisa juga dengan mencintai pekerjaan tersebut dengan cara
meyakinkan diri bahwa pekerjaan ini tidak membuat diri merasa sulit. Semua cara
mengubah sikap terhadap seseorang tergantung bagaimana seseorang dan sekuat apa
seseorang ingin mengubah sikap terhadap pekerjaan yang dijalaninya.
2 2.Proses dalam memilih pekerjaan:
Dalam memasuki dunia kerja, seseorang yang memasuki
fase usia dewasa awal harus malakukan tahap-tahap penyesuaian pekerjaan, antara
lain:
· a. Pilihan
pekerjaan
Individu dapat memilih bidang pekerjaan yang sesuai
dengan bakat, minat, kompetensi dan faktor-faktor psikologis lainnya supaya
ketika bekerja kesehatan mental dan fisiknya dapat dikelola.
· b. Stabilitas pilihan pekerjaan
Dalam memilih pekerjaan, individu harus melakukannya
dengan mantap dan berpindah-pindah kerja masih dapat dilakukan di usia awal
dewasa dini.
· c. Penyesuaian
diri dengan pekerjaan
Proses menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang
telah dipilih meliputi sifat dan jenis pekerjaan, melakukan adaptasi dengan
teman sejawat/kerja, pimpinan, lingkungan kerja dan aturan-aturan dalam dunia
kerjanya
33. Memilih pekerjaan yang cocok:
Dalam memilih pekerjaan yang cocok
dibutuhkan tes psikotes agar calon pekerja tidak salah dalam mengambil
pekerjaan. Tes psikotes disini juga akan menguntungkan kedua belah pihak,
seleksi yang kurang tepat akan menyebabkan kerugian besar baik karyawan maupun
perusahaan yang bersangkutan.
Dari
sisi pegawai, jika kita terseleksi dalam pekerjaan yang kurang cocok dengan
potensi psikologis yang kita miliki, akan timbul ketidaknyamanan dalam bekerja,
kurang termotivasi, bahkan dapat enimbulkan stress kerja, yang pada akhirnya
membuat kita keluar dari pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu kita membutuhkan
psikotes untuk melihat sejauh mana potensi psikologis kita agar tidak salah
memilih pekerjaan.
Sedangkan
dari sisi perusahaan, menemukan orang yang tepat merupakan upaya yang sangat
sulit yang selalu dihadapi. Dari sisi perusahaan, biaya seleksi dan pelatihan
yang dibutuhkan akan sangat mahal, tidak efisien, menurunkan motivasi, serta
masih ditambah biaya untuk seleksi dan pelatihan orang yang akan menggantikan
karyawan tersebut. Oleh sebab itu dari proses seleksi perusahaan mengadakan tes
psikotes untuk melihat potensi psikologis dan kepribadian sang calon karyawan
tersebut.
44. Penyesuaian diri dalam pekerjaan:
-Kepuasan
Kerja
Tidak
ada satu batasan dari kepuasan kerja/pekerjaan yang dirasakan yang paling
sesuai oleh para penulis dan peneliti. Tenaga kerja yang puas dengan
pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya. Dari batasan Locke dapat
disimpulakan adanya dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja, yaitu
nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan
merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan.
Yang ingin dicapai adalah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh
individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau
membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan
dengan motivasi kerja.
-Perubahan
dalam persediaan dan permintaan, dan berganti pekerjaan
a.
Keluar (exit): ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan
pekerjaan. Termasuk mencari pekerjaan lain.
b.
Menyuarakan (voice): ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif
dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan.
c.
Mengabaikan (neglect): ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap
membiarkan keadaan menjadi lebih buruk. Misalnya sering absen, upaya
berkurang, dan kesalahan yang dibuat makin banyak.
d.
Kesetiaan (loyalty): ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu
secara pasif sampai kondisinya menjadi lebih baik.
5. Waktu luang:
Dalam
bahasa Inggris waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Kata leisure sendiri
berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berarti diizinkan (To be Permited)
atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure adalah loisir yang
berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free Time), George
Torkildsen.
Berdasarkan
teori dari George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul leisure and recreation
management (Januarius Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisure antara
lain:
a. Waktu luang sebagai
waktu (leisure as time)
Waktu
luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah
telah dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala
hal sesuai dengan keinginan yang bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh
Brightbill yang beranggapan bahwa waktu luang erat kaitannya dengan kaitannya
dengan kategori discretionary time, yaitu waktu yang digunakan menurut
pemilihan dan penilaian kita sendiri.
b. Waktu luang sebagai
aktivitas (leisure as activity)
Waktu
luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan
ini didasarkan pada pengakuan dari pihak The International Group of the Social
Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu luang berisikan berbagai macam
kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk
beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan
keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam
bermasyarakat.
c. Waktu luang sebagai
suasana hati atau mental yang positif (leisure as an end in itself or a state
of being)
Pieper
beranggapan bahwa:“Waktu luang harus dimengerti sebagai hal yang berhubungan
dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, hal ini
bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Hal ini juga bukan
merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan
panjang.
d. Waktu luang sebagai
sesuatu yang memiliki arti luas (leisure as an all embracing)
Menurut
Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri.
Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah,
pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat
menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh
aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru,
etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan baru.
e. Waktu luang sebagai
suatu cara untuk hidup (leisure as a way of living)
Seperti
yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure :
“Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal
dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak
sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan
menyediakan sebuah dasar keyakinan”. Hal senada juga diungkapkan oleh
Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) yang melihat arti istilah waktu luang
dari 3 dimensi, yaitu:
a.
Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yangtidak
digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan
mempertahankan hidup.
b.
Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan
kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka
hati.
c.
Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana
mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang
mengalami gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana rekreasi, sebagai
kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan
menghindari sesuatu.
Dengan
banyaknya definisi waktu luang, dapat disimpulkan bahwa waktu luang adalah
waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya dan waktu tersebut berada
diluar kegiatan rutin sehari-hari sehingga dapat dimanfaatkan secara positif
guna meningkatkan produktifitas hidup yang efektif dan pengisian waktu luang
dapat diisi dengan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti
keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah
pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara objektif.
Mengisi
waktu luang bagi remaja terutama siswa yaitu waktu yang terdapat pada siswa
diluar jam pelajaran sekolah dan dapat diisi dengan kegiatan relaksasi atau
istirahat, kegiatan hiburan atau rekreasi, dan kegiatan pengembangan diri
sesuai dengan pilihan sendiri sehingga akan timbul suatu kesembuhan dari rasa
capek dan melepaskan dari rasa bosan.
B. Self Directed Changes
1. Konsep
dan Penerapan Self-directed changes :
a. Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada
kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi
sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan
struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi
internal serta belajar yang efektif.
b. Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga
individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat
mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin
dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan
hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di
masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
c. Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam
arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan
mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan
oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas
motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
d. Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan,
tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai,
karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita
harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak
dan pembelajaran secara terencana.
e. Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai
kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui
keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber :
http://pamangsah.blogspot.com/2009/04/perkembangan-sosial-fase-dewasa-awal.html
http://www.slideshare.net/wnfajar/nilai-sikap-dan-kepuasan-kerja
http://ipulord.blogspot.com/2012/04/self-directed-changes.html
http://berlianamariak.blogspot.co.id/2015/06/perkerjaan-dan-waktu-luang-self.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar